LEBIH TAAT KEPADA ALLAH DARIPADA MANUSIA
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

Pembacaan Alkitab Hari ini :
KISAH PARA RASUL 5:26-29
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

- Mengapa para pengawal membawa kedua Rasul tanpa kekerasan?
- Apa yang dimaksud para pemimpin Yahudi saat menyebut kedua rasul itu memenuhi Yerusalem dengan ajarannya?
- Apakah kita terlibat dalam memenuhi kota dengan injil?

“Tetapi Petrus dan rasul-rasul itu menjawab, katanya: “Kita harus lebih taat kepada Allah dari pada kepada manusia.” (Kisah Para Rasul 5:29).
Setelah mukjizat pembebasan dari penjara oleh malaikat (Kis 5:19-20), para rasul kembali mengajar di Bait Allah.
Imam Besar dan Saduki (yang menolak kebangkitan) memerintahkan penangkapan mereka lagi.
Situasi ini genting:
1) Otoritas Sanhedrin sedang diuji setelah kegagalan penahanan pertama.
2) Ketakutan pada Rakyat, penguasa khawatir rakyat akan memberontak jika rasul disakiti), karena masyarakat mengagumi mukjizat para rasul.
3) Ancaman Nyata, Sanhedrin berwenang menghukum mati.
Larangan mengajar “dalam nama Yesus” (Kis 4:18) kini diperkuat dengan tindakan represif.
Para rasul dibawa “dengan kekerasan”, menunjukkan eskalasi kekerasan otoritas.
Imam Besar menuduh: “Kami telah melarang kamu mengajar dalam Nama itu”.
Ini menegaskan otoritas manusia. “Namun kamu telah memenuhi Yerusalem dengan ajaranmu), Menuduh para rasul menghasut.
“Kamu hendak menanggungkan darah Orang itu kepada kami!”: Proyeksi rasa bersalah karena mereka terlibat dalam kematian Yesus.
Tuduhan ini justru mengungkap ketakutan para penguasa akan pengaruh Injil yang tak terbendung.
Respon Petrus dan rasul lain menjadi puncak teologis: “Kita harus lebih taat kepada Allah daripada kepada manusia.”
“Kita harus”, berarti ketaatan mutlak yang bersifat imperatif.
“Lebih taat kepada Allah”: Menegaskan hierarki otoritas tertinggi.
Pernyataan ini bukan pemberontakan politik, tetapi kesetiaan pada mandat ilahi (Kis 1:8).
Mereka memilih menanggung risiko (penjara, siksaan, kematian) demi menaati panggilan memberitakan kebenaran.
Ini adalah fondasi etika Kristen ketika otoritas manusia bertentangan dengan perintah Allah.
Saat aturan manusia melarang beribadah, membatasi Alkitab, atau memaksa menyangkal iman (seperti di tempat kerja/di kantor), prioritaskan ketaatan pada Allah (Contoh: Daniel 6:11).
Lakukanlah :
1) Bersaksi dengan Bijak: Taat bukan berarti konfrontatif. Petrus menghormati proses hukum, tetapi tak mengkompromikan kebenaran.
2) Gunakan hikmat: sampaikan kebenaran dengan sopan dan berani.
3) Hidup sebagai pengubah budaya, seperti rasul yang “memenuhi Yerusalem dengan ajaran”, hadirkan nilai Kerajaan Allah yang mengubahkan di lingkunganmu (mis: menolak korupsi berjamaah).
4) Pegang Janji Penyertaan: Allah tidak menjamin kita bebas dari aniaya, tetapi memberi kekuatan dan hikmat (Mat. 10:19) saat kita memilih taat kepada-Nya.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya bersaksi dengan bijak dan tidak konfrontatif?
Pembacaan Alkitab Setahun
Yeremia 32-34