DARAH YESUS TELAH MEMBELI SETIAP SUKU BANGSA

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

WAHYU 5:9-13

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Adakah satu suku bangsa yang mungkin tidak pernah mendengarkan injil?
  2. Apakah konsekuensi orang Kristen pada zaman Yohanes menyebut Yesus Tuhan? Padahal yang boleh dipanggil Tuhan hanya Kaisar.
  3. Apakah peranan saudara dalam menjangkau suku-suku bangsa?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: “Engkau layak menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah disembelih dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan kaum dan bangsa.” (Wahyu 5:9).

Kitab Wahyu ditulis Yohanes di Pulau Patmos (90-95 M) saat Kaisar Domitian memaksa penyembahan kaisar sebagai “Tuhan” (Dominus et Deus).

Orang Kristen dianiaya karena menolak kultus kekaisaran.

Dalam visi ini, gulungan kitab bermeterai tujuh (simbol rencana Allah) hanya dapat dibuka oleh Sang Penakluk (“Singa Yehuda”).

Namun, yang muncul adalah “Anak Domba seperti telah disembelih” (Yesus tersalib) — paradoks radikal!

Di tengah masyarakat Romawi yang rasis (memandang rendah non-Yunani sebagai “barbar”), pandangan ini menghancurkan tembok etnis: darah Kristus menyatukan semua bangsa di bawah otoritas-Nya.

Anak Domba dinyatakan layak karena: “Engkau telah disembelih, dan dengan darah-Mu Engkau telah membeli bagi Allah orang-orang dari setiap suku, bahasa, kaum, dan bangsa.” 

“Membeli” adalah: istilah dalam pasar budak Romawi, artinya “membayar harga tebusan” (1 Kor. 6:20).

Yang dibeli empat dimensi identitas: suku (etnis/ras), bahasa (komunikasi), kaum (komunitas sosial), bangsa (wilayah politik).

Mereka dijadikan “kerajaan dan imam-imam bagi Allah” — bukan sekadar diselamatkan, tapi diangkat sebagai warga kerajaan surgawi yang mewakili Allah di bumi.

Gelombang Penyembahan Semesta (Ay. 11-13). 

Penebusan ini memicu respons

1) Malaikat; beribu-ribu memuji: “Anak Domba yang disembelih layak menerima kuasa, kekayaan, hikmat…” 

2) Seluruh ciptaan — langit, bumi, bawah bumi, laut — menyembah: “Bagi Dia yang duduk di takhta dan bagi Anak Domba…”

Penyembahan ini adalah deklarasi akhir: Yesus yang mati bagi semua bangsa adalah Penguasa mutlak alam semesta, bukan kaisar Romawi.

Gelar “Anak Domba” dan “Yang di Takhta” disatukan, menegaskan keilahian Kristus.

Saudara,

1) Jika darah Yesus sudah membeli setiap etnis, maka gereja harus aktif merobohkan kecenderungan yang memperbesar perbedaan antar suku/etnis.

2) Kita harus hidup sebagai “Imam Kerajaan”: Jadilah pendamai antarkelompok yang bermusuhan (Ef. 2:14).

3) Keadilan: Beri suara dan bantulah  kaum yang dipinggirkan.

4) Saksikan Kuasa Salib: Di dunia yang memuja kekuatan, hiduplah dalam kerendahan hati dan pelayanan seperti Sang Domba yang disembelih.

Diskusikan dalam kelompok PA saudara, apakah makna perjamuan kudus dengan pernyataan Yesus roti hidup.

Pembacaan Alkitab Setahun

Yeremia 26-29