MENJADIKAN SEMUA BANGSA MURID KRISTUS

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

MATIUS 28:18-20

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah yang dilakukan murid-murid saat Yesus memberikan amanat agung?
  2. Apakah yang dimaksud dengan pergilah? Apakah Saudara sudah pergi?
  3. Apakah amanat agung hanya memberitakan Injil saja? Bagaimana dengan memuridkan?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

“….Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku…” (Matius 28:19).

Peristiwa ini terjadi di Galilea pasca-kebangkitan Yesus (Mat. 28:16).

Murid-murid, yang mungkin masih diliputi keraguan dan ketakutan, berkumpul di bukit yang ditetapkan.

Dalam konteks Yudaisme abad pertama, hubungan dengan bangsa non-Yahudi (kafir) sering dihindari.

Amanat Agung Yesus justru menghancurkan tembok pemisah ini.

Perintah ini bukan diberikan dalam suasana kekalahan, melainkan sebagai manifestasi kemenangan mutlak Sang Penakluk Maut.

Yesus yang bangkit menggeser paradigma kesukuan menjadi misi universal, misi kepada segala bangsa, menjadikan seluruh ciptaan sebagai ruang lingkup tugas murid-murid-Nya.

Dasar amanat agung ini diteguhkan oleh deklarasi Yesus: “Kepada-Ku telah diberikan segala kuasa di sorga dan di bumi”.

Kata “kuasa” (exousia) merujuk pada otoritas surgawi yang sah dan total atas seluruh alam semesta.

Berdasarkan wewenang inilah amanat agung diluncurkan: “Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku”.

Kata kerja “jadikanlah murid” menjadi inti dari misi: suatu panggilan aktif untuk membawa semua kelompok etnis (panta ta ethnē) menjadi pengikut Yesus yang mau belajar dan taat kepada Kristus.

Kata “pergilah”  menuntut inisiatif meninggalkan zona nyaman untuk terlibat dalam dunia yang beragam.

Perintah pemuridan diwujudkan melalui dua tindakan: “baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus” – suatu inisiasi publik yang memeteraikan identitas baru dalam persekutuan Allah Tritunggal, “ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu” (ay. 19b-20a).

Baptisan adalah awal perjalanan, namun esensi pemuridan terletak pada pengajaran yang mengubahkan.

Fokusnya bukan sekadar pengetahuan, melainkan ketaatan kepada firman (melakukan firman) dalam seluruh aspek hidup.

Proses ini bersifat menyeluruh dan berkelanjutan, menuntut pendampingan untuk menerapkan nilai-nilai Kerajaan Allah dalam kehidupan sehari-hari.

Di tengah tugas berat amanat agung, Yesus memberi jaminan: “Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman”.

Penyertaan-Nya adalah sumber keberanian abadi.

Dalam kehidupan kita. Aplikasi dalam hidup kita:

1)  Selalu aktif membangun hubungan  dengan kelompok berbeda (suku, generasi, profesi) di lingkungan sekitar. Sehingga kita dapat memberitakan injil kepada mereka.

2) Fokus pada perubahan hidup, prioritaskan untuk memuridkan – dalam keluarga, pekerjaan, dan tanggung jawab sosial.

3) Andalkan penyertaan-Nya: Di tengah keterbatasan, ingatlah bahwa kita diutus oleh Allah yang Kuasanya tidak terbatas, dan Roh-Nya menyertai setiap langkah pelayanan. 

Setiap upaya menjadikan orang murid adalah partisipasi dalam amanat agung yang mengubah sejarah.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya terlibat dalam amanat Agung yang efektif.

Pembacaan Alkitab Setahun

Yeremia 18-22