TANDA DAN MUJIZAT DALAM PEMBERITAAN KERAJAAN ALLAH
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

Pembacaan Alkitab Hari ini :
KISAH PARA RASUL 8:9-17
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

- Apa tujuan mujizat dan tanda yang dilakukan oleh Filipus di Samaria?
- Mengapa respons Simon (yang sebelumnya diagungkan) terhadap pekerjaan Filipus dan kemudian para rasul begitu penting?
- Apa signifikansi peristiwa turunnya Roh Kudus *setelah* orang-orang Samaria percaya dan dibaptis?

“Tetapi sekarang mereka percaya kepada Filipus yang memberitakan Injil tentang Kerajaan Allah dan tentang nama Yesus Kristus, dan mereka memberi diri mereka dibaptis, baik laki-laki maupun perempuan” (Kisah Para Rasul 8:12).
Perikop ini terjadi setelah penganiayaan terhadap jemaat di Yerusalem yang memicu penyebaran orang percaya (Kisah Para Rasul 8:1,4).
Filipus, salah satu dari Tujuh Diaken (Kisah Para Rasul 6:5), pergi ke Samaria – wilayah yang dipandang rendah oleh orang Yahudi karena perbedaan etnis dan agama.
Di sana, ia bertemu dengan Simon, seorang penyihir yang sangat berpengaruh dan dianggap sebagai “Kuasa Allah yang disebut Besar”.
Konteksnya menunjukkan perluasan Injil melampaui batas Yerusalem dan Yahudi, memasuki wilayah yang dianggap “terkutuk”, dengan tantangan dari kuasa okultisme yang mapan.
Filipus datang ke Samaria dan “memberitakan Mesias”. Bagian penting dari pelayanannya adalah “tanda-tanda” dan “mujizat-mujizat” yang ia lakukan: mengusir setan dan menyembuhkan orang lumpuh serta lumpuh.
Tujuan mujizat ini jelas:
1) Menarik perhatian orang banyak (“orang banyak itu memperhatikan”) yang sebelumnya terpikat pada Simon.
2) meyakinkan bahwa pesan Filipus sebagai berasal dari Allah yang benar, melebihi kuasa sihir Simon.
3) Menunjukkan kuasa Kerajaan Allah yang mengalahkan kuasa kegelapan (setan) dan memulihkan kehancuran (penyakit).
Mujizat bukanlah tujuan akhir, tetapi bukti pendukung yang membuka pintu bagi pemberitaan Injil dan menegaskan kebenarannya.
Respon Simon sangat krusial. Ia sendiri “percaya” dan dibaptis.
Namun, motivasinya tampak bermasalah: ia “selalu mengikuti Filipus” dan “takjub” melihat mujizat dan tanda-tanda besar yang terjadi.
Ketertarikannya terfokus pada kuasa itu sendiri, bukan pada Kristus yang diberitakan.
Hal ini menjadi bibit masalah yang akan muncul kemudian. Kedatangan Petrus dan Yohanes dari Yerusalem menunjukkan pentingnya persatuan jemaat dan otoritas para Rasul dalam masa peralihan.
Mereka menemukan bahwa orang Samaria yang telah percaya dan dibaptis belum menerima Roh Kudus.
Melalui doa dan penumpangan tangan para rasul, Roh Kudus turun atas mereka.
Kisah di Samaria mengajarkan kita prinsip penting tentang tanda dan mukjizat dalam misi Kerajaan Allah:
1) Tujuan Utama: Meneguhkan Injil dan Memuliakan Kristus.
Mujizat bukanlah pertunjukan atau cara mencari ketenaran (seperti Simon).
Tujuannya adalah membuktikan kebenaran Kabar Baik tentang Yesus Kristus dan kuasa-Nya atas dosa, setan, dan penderitaan, sehingga orang percaya kepada-Nya.
2) Bahaya Penyalahgunaan: Ketertarikan pada Kuasa, Bukan pada Kristus.
Kita harus waspada terhadap motivasi yang salah – keinginan untuk memiliki atau mengontrol kuasa ilahi demi status, pengaruh, atau keuntungan pribadi (semangat Simon).
Fokus harus tetap pada Kristus dan keselamatan yang Dia tawarkan.
3) Roh Kudus adalah Pemberian Allah, Bukan Hasil Manipulasi.
Pencurahan Roh Kudus adalah karya kedaulatan Allah, bukan sesuatu yang bisa dibeli (Simon) atau dihasilkan semata-mata oleh ritual manusiawi (baptisan air saja tidak otomatis menghasilkan pengalaman Roh yang penuh dalam konteks ini).
Kita menerima-Nya oleh iman melalui kasih karunia.
4) Peran Komunitas dan Otoritas yang Sehat.
Peran para rasul mengingatkan kita akan pentingnya akuntabilitas, persekutuan yang sehat, dan pengajaran yang benar dalam gereja, terutama terkait manifestasi Roh, untuk mencegah penyimpangan dan menjamin kesatuan.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana tanda-tanda dan mujizat diperlukan dalam pemberitaan Injil namun jangan sampai menggeser fokus pada Injil.
Pembacaan Alkitab Setahun
Amsal 24-26