KONSISTEN MENGAJAR FIRMAN
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

Pembacaan Alkitab Hari ini :
KISAH PARA RASUL 18:8-10
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

- Apakah yang terjadi pada Krispus?
- Apakah tindakan Krispus setelah percaya?
- Apakah perintah Tuhan kepada Paulus saat itu?

“Pada suatu malam berfirmanlah Tuhan kepada Paulus di dalam suatu penglihatan: “Jangan takut! Teruslah memberitakan firman dan jangan diam!” (Kisah Para Rasul 18:9).
Ayat-ayat ini terjadi selama pelayanan Paulus di Korintus, kota Yunani yang terkenal makmur tetapi juga penuh penyembahan berhala dan kehidupan moral yang longgar (Kisah Para Rasul 18:1-7).
Paulus datang dari Atena, tempat ia mengalami respons yang beragam terhadap khotbahnya.
Di Korintus, ia awalnya menghadapi penolakan dari orang-orang Yahudi, sehingga ia memfokuskan pelayanan pada orang-orang non-Yahudi (bangsa-bangsa lain) (ay. 6-7).
Krispus, kepala rumah ibadat, menjadi contoh nyata dari buah pelayanan Paulus di tengah tantangan ini.
Ayat 8 menyoroti dua hal penting terkait tema konsistensi:
1) Waktu (“beberapa waktu lamanya”): Paulus tidak sekadar menyampaikan satu kali khotbah lalu pergi. Ia menetap dan mengajar terus-menerus.
2) Hasil (“banyak orang Korintus… percaya dan memberi diri mereka dibaptis”): Buah ini bukan hasil khotbah sporadis, melainkan pengajaran yang berkelanjutan dan setia.
Kata Yunani diatribō (diterjemahkan “tinggal” atau “menetap beberapa waktu lamanya”) mengandung makna menetap, tinggal, dan melibatkan diri secara intensif.
Konsistensi waktu dan komitmen Paulus menjadi wadah bagi pekerjaan Roh Kudus, sehingga menghasilkan pertobatan signifikan, termasuk Krispus dan keluarganya.
Ayat 9-10 mencatat penampakan Tuhan setelah periode konsistensi Paulus ini.
Tuhan tidak hanya menguatkan Paulus yang mungkin lelah atau takut (ay. 9: “Jangan takut!”), tetapi juga memberikan dua jaminan penting terkait pelayanannya yang konsisten:
1) Perlindungan Ilahi (“sebab Aku menyertai engkau”): Tuhan menjamin kehadiran dan perlindungan-Nya atas Paulus.
2) Buah yang Pasti (“tidak ada orang yang akan menganiaya engkau… sebab banyak umat-Ku di kota ini”).
Janji ini bukanlah jaminan tanpa usaha, melainkan dorongan ilahi bagi Paulus untuk terus mengajar dengan setia, karena Tuhan sendiri yang bekerja di hati banyak orang.
Konsistensi Paulus didasarkan pada janji dan penyertaan Tuhan.
Tema konsistensi Paulus dalam mengajar Firman di Korintus memberikan pelajaran penting bagi kita:
Pertama, buah yang bertahan seringkali membutuhkan waktu dan ketekunan.
Pelayanan yang efektif jarang bersifat instan; ia memerlukan komitmen jangka panjang untuk tinggal, mengajar, dan membangun hubungan, seperti yang Paulus lakukan “beberapa waktu lamanya”.
Kedua, konsistensi lahir dari iman akan janji Tuhan, bukan hanya dari hasil yang terlihat.
Meskipun menghadapi penolakan, Paulus terus mengajar.
Ini mengingatkan kita untuk tetap setia mengabarkan kebenaran, sekalipun hasilnya belum kelihatan, karena Tuhan terus bekerja.
Ketiga, konsistensi membutuhkan keberanian yang ditopang Tuhan.
Ketakutan Paulus (ay. 9) nyata, tetapi Tuhan memberi jaminan penyertaan-Nya.
Dalam mengajar Firman, kita juga akan menghadapi tantangan, kelelahan, atau rasa takut.
Janji penyertaan Tuhan (“Aku menyertai engkau”) adalah sumber kekuatan kita untuk tetap konsisten.
Marilah kita meneladani Paulus: mengabarkan Firman dengan setia, tekun, dan berani, bukan karena hasilnya yang spektakuler, tetapi karena ketaatan pada panggilan dan iman pada janji serta penyertaan Tuhan yang berdaulat atas pekerjaan-Nya.

Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya menjadi pribadi yang konsisten dalam pemberitaan firman.
Pembacaan Alkitab Setahun
Amsal 16-18