PEMIMPIN MEMUSATKAN PIKIRAN PADA DOA DAN FIRMAN
Penulis : Pdt. Robinson Saragih

Pembacaan Alkitab Hari ini :
KISAH PARA RASUL 6:1-4
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

- Apa penyebab timbulnya sungut-sungut dari antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Yahudi yang berbahasa Ibrani?
- Apa yang telah dilalaikan oleh para rasul dalam pelayanan jemaat mula-mula?
- Apa yang dilakukan oleh para rasul?
- Apa sebenarnya yang menjadi tanggung jawab utama para rasul?

Saudara, dalam jemaat mula-mula terdapat pembagian hierarki yaitu jemaat, diaken dan penatua jemaat.
Pada waktu itu, para rasullah yang menjabat sebagai penatua jemaat, yakni para tua-tua dalam jemaat mula-mula.
Para penatua adalah para rasul yang menggembalakan jemaat.
Tugas utama mereka adalah pelayanan dalam doa dan Firman.
Para diaken melaksanakan pelayanan meja yakni penatalayanan diakonia, sedangkan jemaat adalah mereka yang sepatutnya dilayani oleh para diaken dan penatua.
Ketika jabatan diaken belum diadakan dan difungsikan, para penatua yaitu para rasul yang menggembalakan seluruh jemaat, maka timbullah masalah:
Kisah Para Rasul 6:1-2 “Pada masa itu, ketika jumlah murid makin bertambah, timbullah sungut-sungut di antara orang-orang Yahudi yang berbahasa Yunani terhadap orang-orang Ibrani, karena pembagian kepada janda-janda mereka diabaikan dalam pelayanan sehari-hari. Berhubung dengan itu kedua belas rasul itu memanggil semua murid berkumpul dan berkata: “Kami tidak merasa puas, karena kami melalaikan Firman Allah untuk melayani meja.”
Pada waktu itu, karena fokus para penatua yaitu para rasul untuk mengajarkan firman Allah dan berdoa, maka pelayanan penatalayanan meja menjadi terabaikan.
Akibatnya, muncul ketidakseimbangan, di mana banyak orang mengalami kekurangan.
Para janda, khususnya dari kalangan Yahudi yang berbahasa Yunani tidak terlayani sepenuhnya.
Ketidakadilan ini menimbulkan sungut-sungut di antara mereka.
Melihat situasi ini, para rasul memanggil seluruh murid untuk berkumpul dan mereka berkata, “Kami tidak merasa puas karena kami harus melalaikan Firman Tuhan demi melayani meja.”
Pelayanan meja yaitu pelayanan diakonia yang dikerjakan oleh para diaken.
Pelayanan ini merupakan tugas utama para diaken yang mencakup pemenuhan kebutuhan praktis jemaat, seperti membagikan makanan kepada para janda dan menjalankan berbagai pelayanan penting lainnya sebagai bentuk dukungan terhadap kehidupan sehari-hari jemaat.
Para rasul memiliki tugas utama yaitu mengajarkan Firman Tuhan dan berfokus pada doa.
Mereka berdoa secara pribadi untuk menerima arahan dari Roh Kudus, serta terlibat dalam doa korporat yaitu doa bersama dengan seluruh pendoa, jemaat dan para pemimpin.
Mereka juga memimpin berbagai bentuk ibadah doa lainnya.
Saudara, para rasul meminta agar dari antara murid-murid dipilih tujuh orang yang dikenal baik dan penuh dengan Roh Kudus untuk melaksanakan pelayanan meja.
Hal ini dilakukan agar para rasul dapat tetap fokus pada pelayanan doa dan pemberitaan Firman Tuhan.
Akibat dari pemilihan ketujuh diaken tersebut, pelayanan kerasulan melalui pemberitaan Firman dan pelayanan meja dapat berjalan dengan baik.
Dan hasilnya adalah:
Kisah Para Rasul 6:6-7 “Mereka itu dihadapkan kepada rasul-rasul, lalu rasul-rasul itupun berdoa dan meletakkan tangan di atas mereka. Firman Allah makin tersebar, dan jumlah murid di Yerusalem makin bertambah banyak; juga sejumlah besar imam menyerahkan diri dan percaya.”
Ketika para rasul memberitakan Firman Tuhan, dan para diaken melayani orang-orang miskin serta melayani kebutuhan banyak orang, maka terjadilah pertumbuhan jumlah murid di Yerusalem.
Bahkan sejumlah imam Yahudi pun menyerahkan diri dan percaya kepada pemberitaan mereka.
Oleh karena itu, apabila kedua fungsi pelayanan dijalankan dengan baik yaitu para penatua sebagai gembala menggantikan para rasul untuk menyampaikan dan mengajarkan Firman Tuhan (Marturia), dan para diaken melaksanakan tugas diakonia mereka, maka Tuhan akan bertindak meneguhkan Firman-Nya dengan tanda-tanda heran dan mujizat.
Orang-orang miskin akan terlayani, dan nama Yesus akan dikenal banyak orang sebagai Mesias dan Juruselamat.
Hal ini akan membawa banyak orang percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juruselamat.
Maka, cita-cita dan kerinduan untuk menambah jumlah orang percaya akan terlaksana oleh kasih karunia Tuhan.
Mazmur 133:1-3 “Sungguh, alangkah baiknya dan indahnya, apabila saudara-saudara diam bersama dengan rukun! Seperti minyak yang baik di atas kepala meleleh ke janggut, yang meleleh ke janggut Harun dan ke leher jubahnya. Seperti embun gunung Hermon yang turun ke atas gunung-gunung Sion. Sebab ke sanalah TUHAN memerintahkan berkat, kehidupan untuk selama-lamanya.”
Mazmur menyatakan suatu ketetapan bahwa kerukunan dan keharmonisan merupakan syarat agar Tuhan memberkati suatu komunitas dengan jiwa-jiwa baru.
Kesepakatan, harmonis, dan kerukunan menjadi dasar bagi berkat kehidupan selama-lamanya.
Berkat itu dinyatakan melalui pertambahan jiwa-jiwa kepada komunitas yang hidup dalam keharmonisan yaitu duduk bersama dengan rukun, tanpa pertengkaran, tanpa perbedaan pendapat yang dibiarkan berkembang menjadi rumor yang menyebabkan ketidakharmonisan, gosip, saling menjelekkan, dan terbentuknya kelompok-kelompok di dalam komunitas.
Para rasul menyadari adanya sungut-sungut di tengah jemaat, maka mereka bertindak dengan cepat dan tepat.
Mereka mengumpulkan semua murid, duduk bersama, dan membicarakan sumber permasalahan tersebut.
Para rasul tidak saling menyalahkan, melainkan dengan rendah hati mengakui kelalaian mereka dalam mengabaikan pelayanan meja, yaitu pelayanan diakonia.
Sebagai tindak lanjut, mereka mengambil langkah konkret dengan mengangkat beberapa murid yang dikenal baik dan penuh Roh Kudus untuk melaksanakan tugas sebagai diaken yaitu melayani kebutuhan praktis jemaat.
Ketika pelayanan marturia (pemberitaan firman) berjalan beriringan dengan pelayanan diakonia (pelayanan kasih), maka akan tercipta komunitas jemaat yang harmonis dan sepakat, serta menghasilkan pertambahan jiwa-jiwa baru.
Oleh karena itu, para pemimpin, marilah kita mengevaluasi komunitas yang kita pimpin.
Apakah mereka benar-benar hidup dalam kesepakatan dan harmonis?
Ataukah mereka terpaksa bersatu hanya karena terus didorong dan diarahkan, sementara perbedaan-perbedaan belum teratasi, belum dibicarakan dan belum ada kesepakatan yang timbul dari kesadaran untuk harmonis, tetapi karena keterpaksaan tunduk dan hormat kepada pemimpin.
Marilah duduk bersama dalam kerukunan dan berdiskusi untuk mencapai kesepakatan.
Itulah yang akan menghasilkan pertumbuhan rohani dan hadirnya jiwa-jiwa baru.
Haleluya, Puji Tuhan, Amin.

Menurut Mazmur 133:1–3, bagaimana cara mencapai kesepakatan, harmonis, dan hidup dalam kerukunan?
Pembacaan Alkitab Setahun
Amsal 10-12