MURID YANG TINGGAL DALAM KRISTUS

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

YOHANES 15:1-7

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah yang terjadi dengan ranting yang tidak menempel pada pokok anggur?
  2. Apakah keuntungan atau manfaat tinggal dalam Kristus?
  3. Apakah buah yang dihasilkan saat tinggal dalam Kristus?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya”. (Yohanes 15:7).

Perikop Yohanes 15:1-7 merupakan bagian dari Khotbah Perpisahan Yesus sebelum penyaliban, yang disampaikan di ruang atas setelah Perjamuan Terakhir.

Konteksnya adalah persiapan murid-murid menghadapi tantangan iman pasca-kepergian-Nya.

Yesus menggunakan metafora “pokok anggur dan ranting, sebuah gambaran yang akrab bagi masyarakat Yahudi yang sering mengaitkan Israel dengan “kebun anggur” Allah.

Namun, Yesus menegaskan diri-Nya sebagai “pokok anggur yang benar”, menandai pergeseran fokus dari identitas kebangsaan kepada hubungan pribadi dengan Dia.

Ini adalah seruan agar murid-murid tidak mengandalkan status agama, tetapi hidup dalam ketergantungan penuh pada-Nya. 

Yesus menyatakan: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu”  Kata “tinggal” berarti berdiam, berakar, dan terhubung secara terus-menerus.

Seperti ranting yang tak bisa berbuah tanpa menyatu dengan pokok anggur, murid sejati mustahil menghasilkan buah roh (Gal. 5:22-23) tanpa bersandar pada Kristus.

Ayat 2 menyebut “pembersihan” (pemangkasan) oleh Bapa, yang mengisyaratkan proses pendisiplinan untuk pertumbuhan iman.

Ancaman “dibuang ke api” bukan tentang kehilangan keselamatan, tetapi konsekuensi dari kemandulan rohani akibat menolak hubungan  dengan Kristus. 

“Tinggal dalam Kristus” adalah hubungan hidup yang dinamis, bukan sekadar rutinitas ibadah.

Ini mencakup: 

1) Ketergantungan total pada kuasa-Nya, bukan kekuatan diri.

2) Ketaatan pada Firman, yang menjadi alat pembersih hati dan penuntun hidup.

3) Komunikasi dua arah: doa yang selaras dengan kehendak-Nya. 

Konsep ini menegaskan bahwa iman Kristen bukan tentang ritual, tetapi keintiman yang mengubah hidup.

Tinggal dalam Kristus adalah sumber identitas, kekuatan, dan tujuan hidup murid sejati. 

Di era yang menjunjung kemandirian dan budaya instan, Yohanes 15:1-7 mengingatkan:

1) Prioritas hubungan pribadi dengan Kristus di atas kesibukan pelayanan.

2) Kesediaan “dipangkas” melalui situasi sulit (kritikan, kegagalan, penantian) yang Tuhan izinkan untuk menyempurnakan karakter.

3) Firman Tuhan sebagai makanan sehari-hari, bukan sekadar bacaan cepat di handphone.  

4) Fokus pada buah, bukan pencapaian duniawi, karena buah roh adalah bukti kehidupan yang terhubung dengan Kristus. 

Tinggal dalam Dia berarti menyerahkan kontrol hidup, percaya bahwa di tengah proses yang tak selalu nyaman, kita “diubahkan dari kemuliaan kepada kemuliaan.

Diskusikan dalam kelompok PA saudara, bagaimana hubungan yang intim dengan Tuhan mengubah hidup orang percaya.

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 26-31