MURID YANG TETAP MEMEGANG FIRMAN

Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

YOHANES 8:31-36

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apakah ciri murid Kristus sejati?
  2. Apakah maksud Firman Tuhan memerdekakan?
  3. Apakah saudara punya waktu khusus belajar Alkitab?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Maka kata-Nya kepada orang-orang Yahudi yang percaya kepada-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar adalah murid-Ku”. (Yohanes 8:31).

Perikop Yohanes 8:31-36 terjadi dalam konteks dialog Yesus dengan orang-orang Yahudi di Bait Allah, sekitar waktu Perayaan Pondok.

Yesus sedang mengajar mereka yang “percaya kepada-Nya”, tetapi iman mereka masih bersifat dangkal.

Mereka mengklaim sebagai keturunan Abraham dan merdeka secara rohani, padahal secara historis, bangsa Israel pernah diperbudak secara fisik.

Yesus menggunakan ironi ini untuk menyingkapkan perbudakan yang lebih dalam: dosa.

Konteks ini menunjukkan bahwa menjadi murid sejati bukan sekadar percaya  secara pikiran  atau warisan agama, tetapi komitmen untuk hidup dalam kebenaran Firman-Nya. 

Yesus menyatakan syarat menjadi murid-Nya: “Jikalau kamu tetap dalam firman-Ku, kamu benar-benar murid-Ku”.

Kata “tetap” berarti tinggal, berakar, dan berkomitmen terus-menerus.

Janji-Nya adalah kebenaran yang memerdekakan, tetapi orang-orang Yahudi tersinggung karena mengira kemerdekaan yang dimaksud bersifat politis.

Yesus lalu menegaskan bahwa dosa adalah perbudakan sejati, dan hanya Anak Allah yang dapat memberikan kemerdekaan kekal.

Dengan kata lain, Firman Tuhan bukan hanya untuk didengar, tetapi dihidupi—sebagai satu-satunya jalan keluar dari belenggu dosa. 

Ayat-ayat di atas menekankan bahwa menjadi murid sejati adalah proses penyatuan hidup dengan kebenaran Kristus.

“Tetap dalam firman” bukan sekadar membaca Alkitab, melainkan membiarkan Firman itu mengubah pola pikir, nilai, dan tindakan.

Kebenaran yang dimaksud adalah Kristus sendiri (Yoh. 14:6), yang membebaskan manusia dari anggapan dia sudah merdeka dari dosa.

Di sini, Yesus membedakan antara “orang percaya” yang hanya mengaku dengan murid sejati (yang hidup dalam ketaatan).

Kemerdekaan sejati adalah kebebasan dari kuasa dosa untuk hidup sebagai hamba kebenaran.

Di era dimana kebenaran sering dianggap relatif dan iman kecilkan menjadi ritual.

Yohanes 8:31-36 mengajak kita bertanya: Apakah Firman Tuhan sungguh menjadi fondasi hidup kita? Memegang teguh Firman berarti: 

1) Mengutamakan waktu bersama Tuhan,  melalui pembacaan Alkitab yang konsisten, bukan sekadar untuk pengetahuan, tetapi untuk transformasi.

2) Berani berbeda, dengan nilai duniawi, seperti menolak kompromi moral, memaafkan yang tidak layak, atau mengasihi yang sulit dikasihi. 

3) Mengakui ketergantungan mutlak pada Kristus, karena tanpa Dia, kita mudah kembali menjadi budak dosa. 

Kemerdekaan sejati bukanlah kebebasan melakukan apa saja, tetapi kuasa untuk hidup sesuai kehendak Allah.

Diskusikan dengan pembimbingmu, bagaimana caranya lepas dari kebiasaan buruk.

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 21-25