PERSEKUTUAN YANG DI SUKAI SEMUA ORANG
Penulis : Pdt. Saul Rudy Nikson

Pembacaan Alkitab Hari ini :
KISAH PARA RASUL 2:45-47
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

- Apakah yang dilakukan dengan harta yang mereka miliki?
- Mengapa dalam jemaat mula-mula tidak ada yang kekurangan?
- Apakah dampaknya kepada masyarakat sekitar?

“….Dan mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambah jumlah mereka dengan orang yang diselamatkan.” (Kisah Para Rasul 2:47).
Kisah Para Rasul 2:45-47 menggambarkan kehidupan jemaat mula-mula setelah turunnya Roh Kudus pada hari Pentakosta.
Setelah Petrus berkhotbah dan banyak orang bertobat, terbentuklah komunitas yang radikal dalam kasih dan persekutuan.
Masyarakat saat itu penuh dengan kesenjangan sosial, namun gereja mula-mula justru memilih hidup dalam kesatuan, saling memperhatikan, dan mengutamakan kebersamaan.
Mereka bukan hanya berkumpul untuk ibadah, tetapi menciptakan budaya di mana kepemilikan pribadi diserahkan untuk kebaikan bersama.
Latar belakang ini menunjukkan bahwa persekutuan yang sejati lahir dari respon iman akan karya Kristus dan kuasa Roh yang mengubah hati.
Ayat-ayat ini menekankan bahwa persekutuan jemaat mula-mula tidak berpusat pada kegiatan ibadah, melainkan pada tindakan nyata: berbagi harta, makan bersama, berdoa, dan bersukacita dengan tulus.
Mereka menjual harta untuk memastikan tidak ada yang kekurangan, menunjukkan bahwa persekutuan sejati menghancurkan batasan ekonomi dan status.
Kebersamaan mereka bersifat holistik—rohani, sosial, dan praktis.
Sukacita yang terpancar dari cara hidup ini membuat orang-orang di sekitar mereka “berbaik hati” (ayat 47).
Persekutuan seperti inilah yang menarik banyak orang, karena mencerminkan kasih Kristus yang terbuka bagi semua dan mengubahkan.
Kisah Para Rasul 2:47 mencatat bahwa gereja mula-mula “disukai semua orang,” dan Tuhan menambahkan jiwa-jiwa setiap hari.
Persekutuan mereka menjadi kesaksian hidup yang tak terbantahkan.
Ketika gereja hidup dalam kerendahan hati, kejujuran, dan kepedulian, dunia melihat perbedaan yang tak biasa.
Bukan program atau strategi yang menarik orang, tetapi ketulusan hubungan antar jemaat.
Mereka menjadi komunitas yang tidak hanya berbicara tentang kasih, tetapi menghidupinya, sehingga Injil menjadi relevan dan berkuasa.
Kita semua dipanggil untuk merefleksikan persekutuan yang sama. Ini berarti menciptakan ruang di mana anggota jemaat berani hidup transparan, saling mempercayai, dan aktif menanggung beban satu sama lain—baik secara materi, emosional, maupun rohani.
Gereja perlu melampaui rutinitas ibadah dengan membangun persekutuan yang intim, menggalang dana sosial untuk yang membutuhkan.
Persekutuan yang “disukai semua orang” hanya mungkin terjadi ketika gereja menjadi tanda kerajaan Allah: terbuka, penuh sukacita, dan menjawab pergumulan masyarakat.
Dengan demikian, gereja tidak hanya bertumbuh secara kuantitas, tetapi menjadi mercusuar kasih yang memuliakan Tuhan.
Mari kita wujudkan gereja yang tidak hanya berkumpul, tetapi seperti jemaat mula-mula, sehingga dunia melihat Kristus melalui cara kita mengasihi.

Diskusikan dalam kelompok PA, bagaimana caranya memberi membangun budaya gereja seperti gereja mula-mula.
Pembacaan Alkitab Setahun
2 Tawarikh 25-27