AKTIF MELAYANI SESUAI KARUNIA DALAM IBADAH

Penulis : Pdt. Robinson Saragih

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

1 KORINTUS 14:26-28

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Ketika kita berkumpul, maka apa yang seharusnya kita lakukan?
  2. Apa tujuan dari dilakukannya pelayanan?
  3. Berapa banyak orang yang dapat melakukan pelayanan dengan bahasa Roh? Bagaimana mereka melakukannya?
  4. Karunia bahasa Roh harus dilakukan dengan tertib, seorang demi seorang yang disertai dengan ada yang menafsirkan. Jika tidak ada yang menafsirkan, maka apa yang seharusnya dilakukan?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Saudara, rasul Paulus mengajarkan bagaimana seharusnya jemaat berkumpul.

Mereka sepatutnya melakukannya sesuai dengan ajaran yang tertulis dalam Kitab Efesus:

Efesus 2:19-21 “Demikianlah kamu bukan lagi orang asing dan pendatang, melainkan kawan sewarga dari orang-orang kudus dan anggota-anggota keluarga Allah, yang dibangun di atas dasar para rasul dan para nabi, dengan Kristus Yesus sebagai batu penjuru. Di dalam Dia tumbuh seluruh bangunan, rapih tersusun, menjadi bait Allah yang kudus, di dalam Tuhan.”

Anggota komunitas atau jemaat Tuhan yang ikut dalam persekutuan adalah bagian dari satu keluarga, bukan orang asing.

Karena itu, jangan sampai dalam ibadah ada orang-orang yang merasa terasing, sehingga mereka tidak tahu atau tidak mengerti apa yang kita katakan hanya karena kita berbahasa yang lain.

Maka dari itu, diperlukan adanya terjemahan agar setiap yang dikatakan oleh seorang pemimpin ibadah dapat dipahami oleh semua yang hadir sehingga tidak ada yang merasa terasing.

Dalam ibadah, setiap orang sepatutnya aktif melakukan pelayanan sesuai dengan karunia rohani masing-masing.

1 Korintus 14:26-33 “Jadi bagaimana sekarang, saudara-saudara? Bilamana kamu berkumpul, hendaklah tiap-tiap orang mempersembahkan sesuatu: yang seorang mazmur, yang lain pengajaran, atau penyataan Allah, atau karunia bahasa roh, atau karunia untuk menafsirkan bahasa roh, tetapi semuanya itu harus dipergunakan untuk membangun. Jika ada yang berkata-kata dengan bahasa roh, biarlah dua atau sebanyak-banyaknya tiga orang, seorang demi seorang, dan harus ada seorang lain untuk menafsirkannya. Jika tidak ada orang yang dapat menafsirkannya, hendaklah mereka berdiam diri dalam pertemuan Jemaat dan hanya boleh berkata-kata kepada dirinya sendiri dan kepada Allah. Tentang nabi-nabi–baiklah dua atau tiga orang di antaranya berkata-kata dan yang lain menanggapi apa yang mereka katakan. Tetapi jika seorang lain yang duduk di situ mendapat penyataan, maka yang pertama itu harus berdiam diri. Sebab kamu semua boleh bernubuat seorang demi seorang, sehingga kamu semua dapat belajar dan beroleh kekuatan. Karunia nabi takluk kepada nabi-nabi. Sebab Allah tidak menghendaki kekacauan, tetapi damai sejahtera.”

Saudara, firman Tuhan ini sangat jelas sebagai petunjuk tentang bagaimana ibadah seharusnya dijalankan.

Dengan demikian, dalam pertemuan ibadah tidak ada seorang pun yang merasa terasing, karena semua orang dapat mengerti apa yang disampaikan oleh setiap orang yang bersuara dalam ibadah.

Bahkan rasul Paulus menuliskan bahwa dia sendiri tidak akan menggunakan bahasa roh dalam pertemuan ibadah:

1 Korintus 14:18-19 “Aku mengucap syukur kepada Allah, bahwa aku berkata-kata dengan bahasa roh lebih dari pada kamu semua. Tetapi dalam pertemuan Jemaat aku lebih suka mengucapkan lima kata yang dapat dimengerti untuk mengajar orang lain juga, dari pada beribu-ribu kata dengan bahasa roh.”

Pertemuan jemaat atau pertemuan ibadah adalah suatu perkumpulan dimana setiap anggota jemaat dapat membangun dan dibangun.

Oleh karena itu, rasul Paulus menuliskan tata ibadah yang bertujuan untuk membangun setiap anggota tubuh Kristus:

1 Korintus 14:1-17 “Kejarlah kasih itu dan usahakanlah dirimu memperoleh karunia-karunia Roh, terutama karunia untuk bernubuat. Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, tidak berkata-kata kepada manusia, tetapi kepada Allah. Sebab tidak ada seorangpun yang mengerti bahasanya; oleh Roh ia mengucapkan hal-hal yang rahasia. Tetapi siapa yang bernubuat, ia berkata-kata kepada manusia, ia membangun, menasihati dan menghibur. Siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia membangun dirinya sendiri, tetapi siapa yang bernubuat, ia membangun Jemaat. Aku suka, supaya kamu semua berkata-kata dengan bahasa roh, tetapi lebih dari pada itu, supaya kamu bernubuat. Sebab orang yang bernubuat lebih berharga dari pada orang yang berkata-kata dengan bahasa roh, kecuali kalau orang itu juga menafsirkannya, sehingga Jemaat dapat dibangun. Jadi, saudara-saudara, jika aku datang kepadamu dan berkata-kata dengan bahasa roh, apakah gunanya itu bagimu, jika aku tidak menyampaikan kepadamu penyataan Allah atau pengetahuan atau nubuat atau pengajaran? Sama halnya dengan alat-alat yang tidak berjiwa, tetapi yang berbunyi, seperti seruling dan kecapi–bagaimanakah orang dapat mengetahui lagu apakah yang dimainkan seruling atau kecapi, kalau keduanya tidak mengeluarkan bunyi yang berbeda? Atau, jika nafiri tidak mengeluarkan bunyi yang terang, siapakah yang menyiapkan diri untuk berperang? Demikianlah juga kamu yang berkata-kata dengan bahasa roh: jika kamu tidak mempergunakan kata-kata yang jelas, bagaimanakah orang dapat mengerti apa yang kamu katakan? Kata-katamu sia-sia saja kamu ucapkan di udara! Ada banyak–entah berapa banyak–macam bahasa di dunia; sekalipun demikian tidak ada satupun di antaranya yang mempunyai bunyi yang tidak berarti. Tetapi jika aku tidak mengetahui arti bahasa itu, aku menjadi orang asing bagi dia yang mempergunakannya dan dia orang asing bagiku. Demikian pula dengan kamu: Kamu memang berusaha untuk memperoleh karunia-karunia Roh, tetapi lebih dari pada itu hendaklah kamu berusaha mempergunakannya untuk membangun Jemaat. Karena itu siapa yang berkata-kata dengan bahasa roh, ia harus berdoa, supaya kepadanya diberikan juga karunia untuk menafsirkannya. Sebab jika aku berdoa dengan bahasa roh, maka rohkulah yang berdoa, tetapi akal budiku tidak turut berdoa. Jadi, apakah yang harus kubuat? Aku akan berdoa dengan rohku, tetapi aku akan berdoa juga dengan akal budiku; aku akan menyanyi dan memuji dengan rohku, tetapi aku akan menyanyi dan memuji juga dengan akal budiku. Sebab, jika engkau mengucap syukur dengan rohmu saja, bagaimanakah orang biasa yang hadir sebagai pendengar dapat mengatakan “amin” atas pengucapan syukurmu? Bukankah ia tidak tahu apa yang engkau katakan? Sebab sekalipun pengucapan syukurmu itu sangat baik, tetapi orang lain tidak dibangun olehnya.”

Saudara, Tuhan Yesus menginginkan agar kita, sebagai jemaat-Nya, dapat saling mengasihi.

Lalu, dengan apa kita mengasihi saudara-saudara kita? Mari kita saling melayani dengan karunia Roh yang telah dianugerahkan kepada kita.

Karunia Roh adalah anugerah yang menyatakan bahwa di dalam diri kita ada Roh Allah.

1 Korintus 12:7 “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan bersama.”

Yesus menginginkan agar semua jemaat bertumbuh sehingga dapat berfungsi dan tidak ada penonton dalam jemaat.

Oleh karena itu, marilah kita saling mengasihi dengan melayani dan membangun saudara-saudara kita, jemaat Yesus Kristus agar tidak ada yang tersesat, semua akan terbentuk dan berfungsi untuk membangun.

Haleluya, puji Tuhan. Amin.

Bahasa roh yang ditafsirkan akan menjadi nubuatan atau pengajaran, dapatkah ini terjadi?

Pembacaan Alkitab Setahun

2 Tawarikh 6-8