MEWARISI KASIH ALLAH
Penulis : Pdt. Robinson Saragih

Pembacaan Alkitab Hari ini :
1 YOHANES 4:16-19
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.

- Apa yang kita percaya tentang kasih Allah kepada kita?
- Jika seseorang berada dalam kasih, maka apa yang Allah lakukan terhadap orang itu?
- Apa bukti bahwa kasih Allah sempurna di dalam kita?
- Mengapa orang takut tidak sempurna di dalam kasih?

Saudara, Allah adalah kasih.
Hukum yang terutama dan pertama berbicara tentang kasih, demikian hukum yang kedua juga berbicara tentang kasih.
Matius 22:35-40 “dan seorang dari mereka, seorang ahli Taurat, bertanya untuk mencobai Dia: “Guru, hukum manakah yang terutama dalam hukum Taurat?” Jawab Yesus kepadanya: “Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu. Itulah hukum yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, ialah: Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Mampukah kita mengasihi sesuai dengan hukum yang telah disebutkan di atas?
Rasul Yohanes dengan jelas menuliskannya dalam:
1 Yohanes 4:19 “Kita mengasihi, karena Allah lebih dahulu mengasihi kita.”
Oleh karena kasih dan kekuatan Allah yang diberikan kepada kita, maka kita mampu mengasihi Allah dan mengasihi sesama kita.
Filipi 4:13 “Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku.”
Saudara, sebagai anak-anak Allah, kepada kita telah diberikan kuasa untuk menjadi anak-anak Allah sehingga kita memiliki kuasa sebagai anak-anak Allah:
Yohanes 1:12 “Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya”
Kita juga diberi kuasa untuk menjadi murid Yesus. Sebagai murid Yesus, ciri utamanya adalah:
Yohanes 13:34-35 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Oleh karena itu, sebagai murid-murid Yesus Kristus, marilah kita saling mengasihi.
Saudara, karena Allah sangat mengasihi kita, sudah sewajarnya kita juga mengasihi Allah.
Rasul Yohanes pernah menuliskan hal penting untuk kita perhatikan mengenai mengasihi Allah.
Dalam suratnya kepada jemaat, ia menulis:
1 Yohanes 4:20-21 “Jikalau seorang berkata: “Aku mengasihi Allah,” dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya. Dan perintah ini kita terima dari Dia: Barangsiapa mengasihi Allah, ia harus juga mengasihi saudaranya.”
Oleh karena itu, sebagai pewaris kasih Allah sudah sepatutnya kita, jemaat Yesus Kristus, untuk saling mengasihi, saling mengampuni dan tidak terus mengingat kesalahan saudara kita.
Jika Tuhan melakukan demikian, maka sebagai anak-anak-Nya, kita pun harus mengikuti jejak-Nya.
Penulis Ibrani menuliskan satu lagi tindakan Allah yang sangat luar biasa:
Ibrani 8:12 “Sebab Aku akan menaruh belas kasihan terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat dosa-dosa mereka.”
Ibrani 10:16-17 “sebab setelah Ia berfirman: “Inilah perjanjian yang akan Kuadakan dengan mereka sesudah waktu itu,” Ia berfirman pula: “Aku akan menaruh hukum-Ku di dalam hati mereka dan menuliskannya dalam akal budi mereka, dan Aku tidak lagi mengingat dosa-dosa dan kesalahan mereka.”
Saudara, Tuhan Allah, Bapa kita, melupakan dan tidak mengingat-ingat segala dosa kita sebagai anak-anak-Nya.
Sebagai pewaris kasih Allah, maka kita merupakan jemaat yang telah lebih dahulu dikasihi oleh Allah, Bapa kita, dan sudah sepatutnya kita juga melakukan hal yang sama yaitu tidak mengingat-ingat dosa saudara-saudara kita apalagi mencatatnya dalam buku harian kita.
Saudara, dalam bahasa Yunani terdapat empat jenis kasih yaitu Agapē, Eros, Philia, dan Storgē.
Agapē adalah kasih Ilahi, kasih yang tanpa syarat yang berasal dari Allah kepada umat-Nya.
Eros adalah kasih antara pasangan seperti kasih antara suami dan istri.
Storgē adalah kasih dalam keluarga yaitu ikatan mendalam antara orang tua dan anak serta diantara saudara-saudara dalam satu keluarga.
Philia adalah kasih yang muncul dalam komunitas atau persahabatan antara saudara seiman dalam gereja.
Namun, sebagai anak-anak Allah, kita seharusnya mewarisi kasih Agapē, yaitu kasih yang tanpa syarat, kasih Ilahi yang sempurna.
Yohanes 13:34-35 “Aku memberikan perintah baru kepada kamu, yaitu supaya kamu saling mengasihi; sama seperti Aku telah mengasihi kamu demikian pula kamu harus saling mengasihi. Dengan demikian semua orang akan tahu, bahwa kamu adalah murid-murid-Ku, yaitu jikalau kamu saling mengasihi.”
Yesus telah mengasihi kita dengan kasih Agapē dan kasih inilah yang diwariskan kepada kita.
Kasih Yesus adalah kasih Agapē, kasih yang tanpa syarat.
Oleh karena itu, kita juga diperintahkan untuk mengasihi saudara-saudara seiman, murid Kristus yang lain.
Haleluya, puji Tuhan, Amin.

Jika seseorang tidak dapat mengasihi sesamanya, mungkinkah ia hidup sebagai pengikut Kristus?
Pembacaan Alkitab Setahun
Yosua 19-21