PASANGAN KUDUS ORANG PERCAYA
Penulis : Pdt. Robinson Saragih
Pembacaan Alkitab Hari ini :
2 KORINTUS 6:14-18
Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya.
- Pasangan yang seperti apa seharusnya menjadi pasangan kita?
- Mengapa kita memilih pasangan kita harusnya sesama orang percaya?
- Keluar dan pisahkanlah diri kita dari antara apa dan siapa?
- Apa yang harus kita lakukan agar kita menjadi anak-anak Allah?
Saudara, Tuhan Allah pernah berfirman kepada Adam untuk beranak cucu, memenuhi bumi dan menguasai bumi.
Oleh karena itu, manusia mencari pasangan untuk berumah tangga, sehingga mereka bisa beranak cucu.
Tuhan yang memerintahkan manusia untuk beranak cucu, dan Tuhan juga yang menyediakan Hawa sebagai istri Adam.
Tuhan menjadikan manusia itu, yaitu Adam dan Hawa, sebagai laki-laki dan perempuan.
Ketika Tuhan Allah hendak membuat satu bangsa yang ilahi, maka Tuhan memerintahkan Abraham supaya keluar dari rumah ayahnya.
Tuhan Allah mulai membawa Abraham keluar dari rumah ayahnya.
Kejadian 12:1-3 ”Berfirmanlah TUHAN kepada Abram: “Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu; Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”
Untuk menjadikan Abraham menjadi suatu bangsa yang besar, maka Tuhan Allah menjadikan Abram memulai sebuah keluarga.
Ketika Abraham berumur seratus tahun, ia memiliki seorang anak yang diberi nama Ishak.
Setelah Ishak dewasa, ia membentuk keluarganya sendiri.
Dalam proses pembentukan keluarga Abram, maka Abram meminta Eliezer sebagai kepala rumah tangga Abram untuk mencarikan istri bagi Ishak.
Abraham memerintahkan Eliezer untuk mengambil seorang wanita dari kaum kerabat Abraham di tanah leluhurnya, di daerah Mesopotamia.
Ishak akhirnya mendapatkan seorang perempuan bernama Ribka yang juga masih merupakan kerabat Abraham dan Sara.
Ishak memiliki dua orang anak, yaitu Esau dan Yakub.
Ketika Esau dewasa, ia mengambil seorang perempuan Kanaan sebagai istrinya.
Sara merasa tidak sejahtera memiliki menantu yang berasal dari orang Kanaan, yang merupakan penganut agama animisme, sementara Abraham dan keluarganya menyembah Allah yang menciptakan langit dan bumi.
Ketika terjadi pertikaian antara Esau dan Yakub, maka Sara memerintahkan Yakub untuk pergi ke daerah Mesopotamia, tempat asal Abraham dan keluarganya.
Sara mendorong Yakub untuk mengambil istri dari kerabatnya di Ur-Kasdim.
Kemudian Yakub mendapatkan dua putri Laban, yaitu Lea dan Rahel, serta dua gundik yang diberikan oleh Lea dan Rahel sehingga Yakub memiliki empat orang istri yang memberikan dua belas anak laki-laki dan seorang putri.
Ketika Yehuda sudah dewasa, dia bergaul dengan seorang Adulam.
Yehuda meninggalkan keluarganya dan mengambil istri dari orang Adulam itu, yaitu putri dari Sua.
Perkawinan Yehuda dengan perempuan Adulam dikomentari oleh Nabi Maleakhi dalam tulisannya:
Maleakhi 2:10-12 ”Bukankah kita sekalian mempunyai satu bapa? Bukankah satu Allah menciptakan kita? Lalu mengapa kita berkhianat satu sama lain dan dengan demikian menajiskan perjanjian nenek moyang kita? Yehuda berkhianat, dan perbuatan keji dilakukan di Israel dan di Yerusalem, sebab Yehuda telah menajiskan tempat kudus yang dikasihi TUHAN dan telah menjadi suami anak perempuan allah asing. Biarlah TUHAN melenyapkan dari kemah-kemah Yakub segenap keturunan orang yang berbuat demikian, sekalipun ia membawa persembahan kepada TUHAN semesta alam!”
Saudara, ketika Yehuda menikahi perempuan asing, belum ada aturan yang melarang anak-anak Yakub untuk mengambil pasangan dari orang asing.
Peraturan tersebut muncul kemudian ketika hukum Taurat dituliskan oleh Nabi Musa bahwa tidak dibenarkan bagi seorang Israel untuk mengawini orang-orang di tanah Kanaan yang menyembah berhala dengan harapan supaya pernikahan di antara kerabat dan saudara keturunan Abraham saling mengawinkan dengan harapan supaya lahirlah anak-anak ilahi yaitu suatu bangsa yang menyembah Tuhan Pencipta langit dan bumi.
Dari peraturan ini, maka lahirlah aturan yang menjadi aturan dalam Perjanjian Baru.
Rasul Paulus menuliskan:
2 Korintus 6:14 ”Janganlah kamu merupakan pasangan yang tidak seimbang dengan orang-orang yang tak percaya. Sebab persamaan apakah terdapat antara kebenaran dan kedurhakaan? Atau bagaimanakah terang dapat bersatu dengan gelap?”
Saudara, berdasarkan firman Tuhan, maka dianjurkan supaya orang percaya hanya mengambil pasangan dari antara antara orang percaya lagi.
Sangat tidak dianjurkan untuk berpasangan dengan orang-orang yang belum percaya.
Oleh karena itu, sangatlah penting untuk menjalin pergaulan yang akrab di antara warga gereja atau di antara kerabat, persaudaraan, dan komunitas yang dikenal yang dapat membuat kita mengenali siapa saja yang ada di sekitar kita sehingga ketika menjalin hubungan, informasi mengenai pasangan sudah diketahui melalui saudara, teman, atau anggota komunitas.
Hal ini memastikan terjadinya hubungan berpacaran di antara sesama orang percaya, walaupun berasal dari kota yang berbeda karena adanya hubungan di antara komunitas, gereja, persekutuan, atau kelompok-kelompok kegiatan tertentu yang dilakukan oleh orang-orang percaya.
Kita bisa mengetahui keberadaan anggota komunitasnya yang terdiri dari kumpulan orang percaya yang dapat memberikan informasi mengenai keadaan seseorang kepada kelompok persaudaraan di kota lain sehingga tidak diragukan keberadaan seseorang yang hendak dihubungi.
Jika hal ini terjadi, maka keadaan hubungan di antara orang-orang muda akan aman dan terjamin, serta pernikahan di antara orang-orang yang sudah percaya akan terjadi, walaupun mereka berasal dari kota atau tempat yang berbeda.
Haleluya! Puji Tuhan! Sehingga setiap pernikahan terjadi hanya di antara sesama orang percaya. Amin!
Berhubungan dengan saudara-saudara se-gereja adalah lebih aman untuk mendapatkan pasangan yang sepadan, benarkah selalu demikian?
Pembacaan Alkitab Setahun
Matius 24-25