BUMI PENUH DENGAN KEMULIAAN TUHAN

Penulis : Aris Handoko

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

YESAYA 6:1-8

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya, dapat menangkap arti yang dikandungnya!

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa yang diserukan oleh para Serafim dalam penglihatan nabi Yesaya?
  2. Bagaimana respon nabi Yesaya ketika mendapat penglihatan tersebut?
  3. Bagaimana respon Tuhan terhadap nabi Yesaya dan jawaban Yesaya terhadap respon tersebut?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Yesaya 6:3 berkata “Dan mereka berseru seorang kepada seorang, katanya: Kudus, kudus, kuduslah Tuhan semesta alam, seluruh bumi penuh kemuliaanNya.”

Perkataan ini diucapkan oleh para Serafim dalam suatu penglihatan yang diperoleh oleh Yesaya.

Yesaya adalah nabi yang mengiringi empat raja Yehuda.

Pada saat itu Israel sudah terpecah menjadi dua kerajaan, dikalahkan oleh musuh berkali-kali, dan mereka hidup jauh dari perintahNya.

Saat Tuhan memberikan nyanyian kepada para Serafim tentang bumi penuh kemuliaanNya, Tuhan tahu bahwa nantinya bangsa Israel dan Yehuda akan semakin berubah setia, terbuang, dan diserakkan.

Sejauh mata memandang, bumi tidak penuh dengan kemuliaanNya saat itu.

Sekarang pun, bumi penuh dengan kejahatan manusia, bahkan lebih parah lagi, kejahatan semakin meningkat.

Lalu mengapa Tuhan tetap menyatakan kuduslah Tuhan semesta Alam dan bumi penuh kemuliaanNya?

Karena Ia mau menyatakan bahwa itulah ketetapan dan rencanaNya sejak semula yang digenapi dalam Yesus ketika Ia mati di kayu salib.

Bahkan dengan keadaan bumi yang bagaimanapun, Dia tidak beralih! Dia tetap bekerja….Dia mau menyatakan kekudusan dan kemuliaanNya.

Area manakah dalam hidup Saudara yang sedang mengalami kekelaman?

Sesungguhnya kita semua sama dengan nabi Yesaya.

Ketika berhadapan dengan kekudusan Allah, tidak seorangpun di antara kita yang akan tahan.

Kita najis bibir, hati kita penuh dengan kejahatan. Kita dilayakkan semata-mata karena darah Yesus.

Panggilan Allah bagi Yesaya juga berlaku bagi kita…”Siapakah yang akan Aku utus?”

Maukah kita menanggapi panggilan Tuhan seperti nabi Yesaya “Ini aku, utuslah aku”?

Karena tanggapan kita akan menentukan sekali, dimana kita akan berada dari kemuliaan Tuhan yang dinyatakan pada zaman ini.

Apakah Saudara sudah menjawab panggilanNya? Dapatkah Saudara melihat kemuliaan Tuhan sekalipun di tengah dunia yang rusak?

Pembacaan Alkitab Setahun

Mazmur 74-77