CEPAT UNTUK MENDENGAR, LAMBAT UNTUK BERKATA-KATA

Penulis : Bernard Tagor

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

YAKOBUS 1:19-21

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya Anda dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Nasihat apa yang di peringatkan oleh Yakobus di dalam surat Yakobus 1:19? Apa yang bisa memelihara hati dan pikiran kita dalam Kristus Yesus?
  2. Apakah amarah manusia mengerjakan kebenaran di hadapan Allah? Oleh karena itu apa yang harus kita buang? Dan apa yang sebaiknya kita terima?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Surat ini dilatarbelakangi kondisi jemaat pada masa itu, yang mungkin mengalami banyak konflik, perselisihan dan masalah komunikasi yang mengganggu hubungan antara sesama jemaat, sehingga Yakobus perlu sekali menertibkan dan memperingatkan jemaat pada masa itu.

Kondisi seperti jemaat ini seringkali juga terjadi dalam komunitas kita, bahkan bisa jadi pada diri kita sendiri.

Kedagingan kita pada saat emosi memiliki kencenderungan untuk lebih cepat berkata-kata daripada mendengar, senang membicarakan atau mendengar keburukan orang lain, kejatuhan orang lain, gossip, hoax dan lain-lain.

Kondisi tersebut bila tidak kita kendalikan tentunya dapat memicu konflik atau terjadinya perselisihan di tengah-tengah kita.

Saudara, salah satu prinsip dasar dari teori konseling bila kita di perhadapkan dengan orang yang sedang berkonflik, berselisih, seyogyanya lebih banyak untuk mendengar dengan penuh perhatian lawan bicara kita.

Sebagai orang yang dipimpin oleh Roh tindakan untuk mendengarkan orang lain berbicara dapat membuat kita memahami persoalan dari sudut pandang mereka.

Sesungguhnya bahkan dengan hanya mendengakan saja bisa menjadi salah satu solusi dalam menyelesaikan masalah yang dihadapi oleh saudara kita, karena setidaknya dia bisa menumpahkan emosi-emosi yang selama ini mungkin menekan hati dan pikirannya.

Dalam menyelesaikan perselisihan atau konflik tentu tidak cukup mendengar, namun kita perlu lambat untuk berkata-kata.  

Tujuan dari pada itu adalah agar kita dapat mengambil waktu untuk berpikir, perkataan apa yang tepat untuk kita katakan dan juga memberikan waktu, agar dia yang berkonflik bisa memahami kondisinya serta menemukan solusi untuk masalah yang di hadapinya. 

Bagaimana jika konflik itu terjadi di dalam diri atau lingkungan kita?

Maka sikap kita semaksimal mungkin untuk dapat mengendalikan emosi marah kita, karena kita tahu betul, amarah kita tidak mengerjakan kebenaran di hadapan Allah.

Jadi saudaraku, jika kita di perhadapkan dengan situasi-situasi yang penuh emosi kekesalan atau kejengkelan, apakah itu terjadi didalam diri dan lingkungan kita ataupun terjadi pada orang lain, maka perlu sekali kita sebagai manusia rohani dan yang memahami kebenaran Firman Tuhan, menjadi orang yang cepat untuk mendengar, lambat untuk berkata-kata dan juga lambat untuk marah.

Renungkan kebenaran Firman Tuhan yang kita baca hari ini, adakah yang Tuhan ingatkan untuk saudara lakukan? Apakah selama ini kita sudah menjadi orang yang lebih banyak mendengar keluhan orang lain? Atau lebih senang di dengar? Diskusikan dengan kelompok PA dan persekutuan.

Pembacaan Alkitab Setahun

Matius 15-17