KEJUJURAN DAN KETULUSAN YANG MENGAWAL KITA

Penulis : Pramadya Wisnu

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

MAZMUR 25:19-22

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Situasi apakah yang sedang Raja Daud hadapi pada saat itu?
  2. Apakah permohonan Daud kepada Tuhan?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Berbeda dengan Salomo yang memerintah kerajaan Israel dalam situasi dan kondisi yang sudah aman, kondusif.

Daud memerintah kerajaan Israel bahkan ketika kerajaan Israel sedang menemukan bentuknya.

Ya, setelah orang-orang Israel meminta seorang Raja, maka Tuhan memberikan Saul sebagai Raja pertama di kerajaan Israel.

Tetapi oleh karena ketidaksetiaan Saul, maka Saul digantikan oleh Daud.

Sebagai kerajaan yang baru, banyak musuh-musuh Israel yang tidak rela kerajaan Israel berdiri.

Dan akibatnya sepanjang pemerintahan Raja Daud, ia harus melakukan banyak pertempuran, termasuk ketika anak kandungnya melawan dia, yaitu Absalom.

Dan hal-hal tersebut menyebabkan Daud sering mengalami distress, tekanan psikis yang hebat.

Tetapi Alkitab mencatat bagaimana Daud selalu berpaling kepada Tuhan.

Dalam kesulitan dan badai yang Tuhan ijinkan menimpa Daud, dia selalu berpaling kepada Tuhan dan memohon pertolongan-Nya.

Mazmur 25:19 “Lihatlah, betapa banyaknya musuhku, dan bagaimana mereka membenci aku dengan sangat mendalam.”

Ini bukan situasi yang mudah bagi semua orang, ketika mereka dikelilingi oleh musuh yang berusaha menghancurkan mereka.

Hal serupa ini yang sering dialami oleh Raja Daud.

Tetapi jika kita melihat respon Daud, dia mengakui kekurangannya dan mohon kepada Tuhan untuk menolong dia di setiap kesukaran yang dia hadapi.

Termasuk Daud memohon agar Tuhan mengawal dia, agar dia tetap tulus dan jujur.

Tulus adalah sikap hati, keinginan untuk tidak berpura-pura, keinginan untuk jujur dan inilah motif yang penting ketika seseorang ingin untuk melayani Tuhan.

Sedangkan jujur adalah perilaku yang apa adanya, tidak berpura-pura.

Dalam bahasa masa kini, seorang yang jujur juga dapat diartikan sebagai seorang yang berintegritas.

Ada kesesuaian antara perkataan yang diucapkan serta perbuatan yang dilakukan.

Jadi, ketulusan dan kejujuran adalah dua kata sifat yang sangat relevan untuk dimiliki oleh umat Tuhan di masa kini.

Ketulusan akan menyebabkan orang untuk menjadi seorang yang loyal pada tempat dimana dia bekerja.

Para bos atau majikan di tempat kerja, pasti senang memiliki pegawai yang loyal dan jujur atau berintegritas.

Sifat yang sama juga dibutuhkan di rumah tangga (misal: banyak masalah terjadi ketika ketidakjujuran, ketidaksetiaan ada pada pasangan suami isteri), di sekolah, di pelayanan di gereja, dan sebagainya.

Saudara, dalam kelompok pemuridan diskusikan tentang bagaimana menerapkan ketulusan dan kejujuran di sekolah dan tempat kerja.

Pembacaan Alkitab Setahun

1 Samuel 18-20