KEMURAHAN HATI ALLAH

Penulis : Aris Handoko

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

ROMA 9:15-18

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Bergantung siapakah kemurahhatian dan belas kasihan Allah?
  2. Untuk apa Tuhan menyatakan kuasaNya yang ajaib?
  3. Menurut saudara apakah Allah itu adil?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Murah hati adalah karakter yang seringkali dikaitkan dengan memberi.

Kemurahan hati juga biasanya dikaitkan dengan materi, karena pemberian materi bisa kelihatan.

Namun, materi bukanlah satu-satunya ukuran kemurahan hati.

Kasih, perhatian, kebaikan, waktu, pengampunan juga berhubungan dengan murah hati.

Kita sering mengukur orang lain dengan standar kita sendiri.

Bahkan kita sering mengukur Allah dengan standar kita juga.

Mungkin kita pernah bertanya-tanya “Kenapa ya, orang itu kok lebih diberkati daripada saya?”, “Kenapa ya, Tuhan kok memberi talenta lebih banyak kepada yang lain?”

Saudaraku, tidak sedikit orang yang protes tentang keadilan Allah karena mengukur pilihan dan pemberian Allah kepada setiap orang yang tampaknya berbeda-beda.

Mari kita bayangkan seorang ibu yang memiliki 3 anak dengan usia yang berbeda cukup jauh.

Anak pertama sudah remaja, anak kedua usia SD, dan anak ketiga usia balita.

Jika ibu itu hendak memberikan makanan ketiga anak tersebut, apakah ia harus menyamakan semuanya agar bisa dirasakan adil dan murah hati oleh ketiga anaknya?

Allah mengenal setiap ciptaanNya dengan detail.

Ia menaruh belas kasihanNya kepada siapa Ia mau menaruh belas kasihan, dan Ia bermurah hati kepada siapa Ia mau bermurah hati.

Hal ini tidak bergantung kepada kehendak atau usaha orang tetapi kepada kemurahan hati Allah.

Apakah artinya ini bagi kita?

Artinya kita patut bersyukur karena kasih dan kemurahan hati Allah tidak bergantung kepada pikiran atau usaha dan performa kita.

Kalau pemberian Allah bergantung kepada kita, maka Ia mungkin akan menyamaratakan semua pemberian kepada anak-anakNya padahal belum tentu kita membutuhkan.

Mungkin saat kita baik, Allah baru akan mengasihi dan memberkati kita.

Dan saat kita tidak baik mungkin Ia akan menarik semua kasih dan berkatNya dari kita.

Kemurahan Allah ini bukanlah sebuah “kelonggaran” agar kita bisa hidup dengan sembarangan – ingatlah tetap ada hukum “tabur tuai” di dalam kehidupan ini.

Namun, ini adalah sebuah ANUGERAH, karena dalam kelemahan, keterbatasan, dan kegagalan, kita tetap bisa berharap kepada kemurahan hati Allah bahwa Ia mau mengampuni, memulihkan dan membangkitkan kita kembali sampai rencana dan ketetapanNya jadi dalam hidup kita.

Daripada kita terus membandingkan hidup kita dengan orang lain dan mempertanyakan kemurahan hati Allah, sebaiknya kita mulai mengingat betapa hidup kita beroleh kasih dan kemurahanNya yang begitu melimpah dan ajaib.

Dalam hal apa saudara sebenarnya tidak layak?

Seperti apakah kemurahanNya diberikan kepada saudara?

Maukah saudara bersyukur karena segala yang dianugerahkanNya bagi hidup kita hari ini?

Bagaimana kebenaran tentang Allah yang murah hati membangkitkan hidup saudara hari ini?

Diskusikanlah dengan rekan persekutuan saudara!

Pembacaan Alkitab Setahun

1 Samuel 1-3