MEMILIKI CARA HIDUP YANG BAIK

Penulis : Aris Handoko

This image has an empty alt attribute; its file name is D1.png

Pembacaan Alkitab Hari ini : 

1 PETRUS 2:11-15

Bacalah bagian Firman ini utuh dalam perikopnya, berulang-ulang, supaya saudara dapat mengikuti jalan ceritanya dan dapat menangkap arti yang dikandungnya.

This image has an empty alt attribute; its file name is D2.png
  1. Apa nasihat Petrus kepada jemaat yang percaya kepada Yesus?
  2. Apa tujuan dari memiliki cara hidup yang baik?
  3. Bagaimana sikap kita kepada lembaga-lembaga manusia yang ada?
This image has an empty alt attribute; its file name is D3.png

Mitsuo Fuchida, seorang Angkatan laut Jepang berperan besar dalam pengeboman pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat, Pearl Harbour di tahun 1941 yang menyebabkan semakin meluasnya Perang Dunia II.

Pada musim semi tahun 1947, setelah kekalahan Jepang.

Fuchida berkeyakinan bahwa Amerika telah memperlakukan tawanan Jepang dengan cara yang sama seperti Jepang memperlakukan tawanannya.

Ia bertemu tawanan perang Jepang Kazuo Kanegasaki, yang diyakininya telah meninggal.

Ketika ditanya, Kanegasaki bercerita kepada Fuchida bahwa mereka tidak disiksa atau dilecehkan. Kenyataan itu sangat mengejutkan Fuchida.

Kanegasaki kemudian melanjutkan kisahnya mengenai seorang wanita muda yang bernama Peggy Covell, yang melayani mereka selama dalam tawanan perang dengan penuh kasih dan rasa hormat, sekalipun kedua orangtuanya, misionaris, telah dibunuh oleh tentara Jepang di pulau Panay di Filipina.

Cerita Kanegasaki tidak bisa diterima dengan akalnya, karena dalam semangat Bushido, balas dendam bukan hanya diizinkan tetapi juga menjadi sebuah tanggung jawab utama untuk dilakukan guna memulihkan kehormatan.

Bahkan pembunuh orang tua akan menjadi musuh bebuyutan seumur hidup.

Namun demikian ia juga terobsesi untuk memahami mengapa ada orang yang memperlakukan musuh mereka dengan kasih dan pengampunan.

Tidak lama setelah itu, pada musim gugur tahun 1948, Fuchida menerima satu pamflet tentang kehidupan Jacob DeShazer, yang berjudul “Aku Adalah Tawanan Perang Jepang,”.

DeShazer adalah seorang mantan sersan Staf Angkatan Udara Amerika dan awak pesawat pembom, yang mengalami siksaan dari tentara Jepang selama 40 bulan dan bertemu Kristus di penjara melalui Alkitab yang dibacanya.

Ia bertekad untuk mengampuni dan mengasihi orang-orang Jepang yang tadinya sangat dibencinya.

Ia menginjili orang Jepang dan menjadi penginjil seumur hidupnya.

Fuchida sangat kagum dan mencari Alkitab untuk bisa membacanya dan akhirnya bertobat serta menjadi seorang penginjil juga.

Di kemudian hari, Fuchida bertemu dengan DeShazer dan mereka bersahabat.

Dua orang yang tadinya adalah musuh tapi dipersatukan oleh Kasih Kristus.

Pertobatan Fuchida tidak lepas dari kesaksian hidup Peggy Covell dan Jacob DeShazer.

Cara hidup mereka memenangkan bukan hanya Fuchida, tapi juga banyak orang.

Hari ini mungkin kita tidak mengalami perang secara nyata, tapi kita masih mengalami berbagai perang seperti konflik dengan orang lain, baik itu keluarga ataupun orang lain.

Kita masih mengalami berbagai kekesalan dan kebencian akan aturan dan hal-hal yang tidak kita setujui.

Apa yang bisa kita pelajari dari kesaksian di atas?

Adakah kebiasaan yang perlu kita ubah?

Petrus menasihati dalam 1 Petrus 2:12 ”Milikilah cara hidup yang baik di tengah-tengah bangsa-bangsa bukan Yahudi, supaya apabila mereka memfitnah kamu sebagai orang durjana, mereka dapat melihatnya dari perbuatan-perbuatanmu yang baik dan memuliakan Allah pada hari Ia melawat mereka.”

Renungkanlah cara hidup seperti apa yang saudara tahu Tuhan inginkan saudara miliki?

Bagikanlah dengan rekan PA saudara agar saudara bisa mengalami kemerdekaan dan menuai saatnya Tuhan melawat orang-orang yang berkonflik dengan saudara.

PEMBACAAN ALKITAB HARIAN

Keluaran 36 – 38