Rabu, 8 September 2021

D1. Dibaca

1 KORINTUS 3:16-18

Bacalah Firman Tuhan di atas dan ulangi beberapa kali sampai saudara dapat memahami dan menangkap arti yang dikandungnya.

D2. Direnungkan

  1. Mengapa Roh Allah berdiam di dalam kita?
  2. Apakah arti dari bait Allah adalah kita orang percaya?

D3. Diterapkan

Manusia terdiri dari roh, jiwa dan tubuh (I Tesalonika 5:23). Tubuh adalah bagian yang paling kasat mata, kita bisa melihat apakah seseorang tinggi, atau pendek; gemuk atau kurus.

Dan apa pun keberadaan tubuh, itu adalah anugerah Tuhan bagi kita yang perlu kita syukuri dan kita terima.

Kita tetap bersyukur misalnya tubuh kita tidak setinggi yang kita inginkan.

Karena Allah tidak akan menilai kita melalui penampilan kita.

Yang perlu diperhatikan adalah bahwa tubuh dan kehendak tubuh yang bersifat daging, perlu takluk kepada kehendak Roh (Galatia 5:16).

Jiwa manusia merupakan kehidupan batiniah dalam diri manusia, ini terdiri dari perasaan, kebendak dan pikiran.

Gabungan, himpunan atau paduan dari tiga unsur itu akan membentuk kepribadian manusia.

Ada yang berkepribadian ekstrovert, ada pula yang introvert. Kepribadian ini juga berasal dari Tuhan.

Orang yang introvert kadang merasa rendah diri melihat temannya yang ekstrovert.

Sebaliknya orang yang ekstrovert kadang menjadi tinggi hati karena populer, karena mudah bergaul.

Tetapi Tuhan juga tidak menilai seseorang dari kepribadian mereka.

Karena yang Tuhan nilai, bukan apa yang Tuhan sudah berikan kepada kita, tetapi bagaimana kita mampu bertumbuh secara rohani dari sejak Tuhan menebus kita sehingga kita dilahirkan kembali.

Di dalam jiwa inilah sesungguhnya sering terjadi ”pertempuran”, yaitu ketika manusia tahu apa yang benar, tetapi dia melihat apa yang menarik hatinya.

Roh manusia adalah tempat kediaman Allah. Tempat yang paling mulia, yang paling tersembunyi.

Bagi orang yang belum percaya, konsep tentang Allah berdiam di dalam roh kita itu sungguh abstrak, sukar dibayangkan.

Kita orang percaya juga sulit memahami sehingga kita kadang atau sering mengabaikan Roh yang berdiam di dalam roh kita.

Apa buktinya kita sering mengabaikan keberadaan Roh Allah, misalnya ketika kita berinteraksi dengan orang lain.

Sering respon kita berhenti pada analisa jiwa kita.

Contoh: kita sedang belajar, kemudian adik kita bermain sambil berteriak, kita terganggu dan membalas dengan membentak.

Itu adalah respon perasaan terganggu dan dilampiaskan dalam tekad: marah!

Mengapa harus marah?

Apakah Roh Allah suka dengan tindakan kita.

Mengapa kita tidak mencoba merenung dengan berkomunikasi dengan Roh terlebih dulu.

Itu adalah hal yang sangat sederhana, bagaimana dengan persoalan-persoalan yang jauh lebih kompleks, apakah respon kita hanya berhenti di jiwa, ataukah kita mencoba untuk berkomunikasi dengan Roh Allah terlebih dulu?

D4. Diskusikan

Saudara, dalam kelompok pemuridan, ceritakan bagaimana pengalamanmu dalam menghadapi persoalan yang sukar.

Pembacaan Alkitab Berurutan :
Yehezkiel 28-30

Penulis : Pramadya Wisnu
Editor : Ervinna Graceful