Peggy Smith seorang buta yang berumur delapan puluh empat tahun.

Dia bersama dengan saudara perempuannya, Christine, yang berusia dua tahun lebih muda.

Disamping buta Peggy juga menderita radang tulang.

Namun sekalipun demikian, keduanya ditemui sedang berdoa dengan sungguh-sungguh pada suatu pagi, di musim dingin pada tahun 1949, di pondok kecil dekat desa Barvas, di pulau Lewis, Hebrides di Skotlandia.

Pagi itu Allah melawat mereka secara khusus, memberikan jaminan yang pasti bahwa kegerakan rohani yang sudah mereka doakan bersama beberapa orang yang lain selama berbulan bulan, sedang mendekat.

Peggy berkata kepada adiknya, “Inilah yang Allah janjikan: ‘Aku akan mencurahkan air ke atas mereka yang haus dan banjir ke atas tanah yang gersang.’

Dan kita sedang berhadapan dengan Allah yang memegang perjanjian.”

Beberapa bulan sebelumnya, Peggy memperoleh mimpi dari Allah di mana dia diperlihatkan akan kegerakan yang sedang datang, dan bagaimana gereja-gereja dipenuhi lagi oleh orang-orang muda.

Pada waktu itu, rasanya hal tersebut hampir-hampir mustahil bisa terjadi.

Sekalipun segera sesudah Perang Dunia II terlihat Roh Allah sudah mulai bekerja, perang itu sungguh menimbulkan banyak korban.

Banyak yang pergi dari kepulauan itu untuk diperbantukan di Angkatan Bersenjata atau bentuk-bentuk tugas perang yang lain.

Banyak yang tidak kembali, dan orang-orang yang kembali setelah perang berlalu, kembali dengan rohani yang kosong dan bingung.

Pada tahun 1949 generasi muda sudah jauh dari Allah.

Setelah mendapat mimpi itu, Peggy datang kepada pendetanya, James Murray Mackay, dan mengatakan kepadanya bahwa yang dia percayai itu adalah suatu wahyu dari Allah.

Dia meminta pendeta Mackay agar memanggil para pimpinan gereja untuk berdoa.

Hamba Allah ini menyangupi dan selama beberapa bulan, tiga malam seminggu, dia bersama-sama dengan beberapa yang lain mengadakan pertemuan, berurusan dengan Allah yang Maha Kuasa dalam doa yang sungguh-sungguh.

Istrinya juga bermimpi dimana isterinya itu melihat gereja dipenuhi orang yang haus, dan seorang asing berdiri di mimbar.

Pada pagi yang sama di mana Allah memberikan kepastian pada kedua saudari itu tentang kegerakan yang sedang mendatangi, Dia juga berbicara secara khusus kepada para pendoa dalam kelompok Rev. Mackay.

Mereka telah mengadakan pertemuan doa jam 22.00 malam sebelumnya disuatu gudang di Barvas (20 km di Utara Stonorway), berlutut di atas jerami, mereka meratap kepada Allah yang Maha Kuasa.

Sementara berdoa seorang diaken muda Free Church berdiri dan membaca Mazmur 24 “Siapakah yang boleh naik ke atas gunung Tuhan?

Siapakah yang boleh berdiri di tempatnya yang Kudus?

Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan bersumpah palsu.”

Dia membaca ayat itu kembali kemudian menantang kelompok doa itu, “Saudara, kita telah berdoa berminggu – minggu, menanti Allah.

Namun saat ini saya ingin bertanya: “Apakah tangan kita bersih, apakah hati kita murni?”

Sementara mereka terus menunggu di hadapan Allah, hadirat-Nya yang mulia menyapu gudang itu.

Pada pukul empat pagi, sebagaimana yang dikatakan Duncan Campbell, mereka keluar dari alam nyata dan masuk ke alam supernatural.

Dan itulah kegerakan!

Adalah Duncan Campbell dari Faith Mission yang dirasakan oleh Rev. Mackay harus diundang ke Barvas untuk suatu kebaktian khusus.

Dan itu diperkuat oleh Peggy Smith.

Dia katakan bahwa, “Suatu malam dalam suatu penglihatan, Tuhan menyatakan kepadanya bukan saja bahwa kegerakan itu sedang mendatangi, namun juga identitas dari orang yang hendak Dia gunakan, Duncan Campbell!” Duncan Campbell mengatakan, “Saya menerima telegram ketika sedang bekerja di Skye, di mana saya melayani dan nyata Allah sedang bekerja di Skye.

Sehingga saya katakan bahwa tidak mungkin saya pergi ke Lewis, namun saya akan masukkan Lewis dalam program saya untuk tahun depan.”

Ketika kedua saudari pendoa itu mendengar ini mereka hanya katakan, “Itu apa yang manusia bilang, tetapi Allah mengatakan bahwa dia akan datang, dia akan ada di sini dalam dua minggu ini !”

Belakangan Duncan Campbell mengatakan, “Saya tidak dapat menjelaskan secara rinci.

Satu hal yang dapat saya katakan adalah bahwa doa Peggy dijawab dan dalam dua minggu saya sudah ada di sana!”

Orang-orang sudah sangat menunggu kedatangan Duncan Campbell di kebaktiannya yang pertama di gereja Presbyterian di Barvas.

Seorang diaken mengatakan, “Pak Campbell, Allah sudah menunggu. Dia hendak melakukan penerobosan.”

Namun sekalipun kebaktian itu berlangsung dengan baik, nyanyiannya baik, ada kebebasan dalam berdoa dan ketika Firman disampaikan, namun tidak lebih dari itu.

Pada akhir kebaktian, diaken yang sama berkata kepada Duncan, “Jangan putus asa, Dia akan datang.

Saya telah mendengar getaran-getaran roda-roda kereta surga….” Lalu dia menyarankan untuk berdoa bagi Duncan yang amat letih dari perjalanan jauh!

Lebih kurang tigapuluh orang kemudian berkumpul untuk berdoa.

Duncan Campbell menjelaskan apa yang terjadi, “Kemudian Allah mulai bekerja, surga terbuka, sehingga kami berhadapan dengan Allah.

Lawatan Allah datang pada jam tiga pagi.

Kira-kira duabelas orang terbaring di lantai tanpa mengucapkan satu patah kata pun!

Sesuatu telah terjadi, kami tahu para penguasa kegelapan sedang didesak mundur, dan orang-orang mulai dilepaskan.

Kami tinggalkan pondok itu pada jam tiga pagi untuk melihat orang-orang yang sedang mencari Allah.

Saya berjalan di suatu jalan dan menemukan tiga orang yang sedang menangis memohon kemurahan Allah.

Ada cahaya di tiap rumah, nampaknya tak ada seorangpun yang berpikir untuk tidur.”

Ketika Duncan dan kawan-kawannya berkumpul di gereja pada pagi harinya, tempat sudah penuh sesak.

Bus datang dari segenap penjuru pulau itu, tak ada seorangpun yang tahu siapa yang menyuruh mereka melakukan ini.

Seorang tukang daging datang dengan mobil minibusnya bersama tujuh orang yang dia bawa menempuh jarak lebih dari seratus kilometer.

Dan ketujuh orang itu bertobat dengan cara yang ajaib.

Saat itu kegerakkan benar-benar sedang berlangsung.

Roh Allah sedang bekerja.

Seluruh anggota gereja berteriak mohon kemurahan.

Beberapa jatuh rebah dalam kuasa Allah, ada yang pingsan, dan banyak yang menangis.

Campbell meminta orang-orang berdoa mengucap syukur, tiba-tiba seorang muda mulai berdoa.

Dia sedemikian terbeban akan jiwa-jiwa teman-temannya sehingga dia berdoa selama empat puluh lima menit.

Selama waktu itu orang orang kembali ke gereja, bergabung dengan yang lain.

Dengan cara yang menakjubkan orang-orang datang dari Stornoway, Ness dan tempat-tempat yang lain.

Jam sudah menunjukkan pukul 4 dini hari, ketika Duncan meminta kembali untuk orang berdoa mengucap syukur.

Namun sekalipun demikian, dia masih belum bisa pulang ke rumah untuk tidur.

Ketika dia hendak meninggalkan gereja, seseorang datang menemuinya,“Pak Campbell, orang-orang berkumpul di kantor polisi, mereka sedang bertengkar.

Dapatkah salah seorang disini pergi untuk berdoa bagi mereka?“

Campbell pergi dan melihat apa yang dia jumpai.

Dalam kegelapan dini hari dan hanya diterangi sinar bintang-bintang dia menjumpai laki-laki dan wanita di jalan-jalan, ada yang disamping gubuk, sebagian lagi di belakang tumpukkan kayu, berteriak mohon kemurahan Allah.

Kegerakan telah datang… Lima minggu berturut-turut kebaktian di adakan sejak pagi hari hingga jauh malam atau sampai hari berikutnya.

Hal ini kemudian menyebar ke wilayah lain.

Apa yang terjadi di Barvas kemudian menjadi buah bibir, diceritakan orang dimana-mana.

Duncan Campbell mengatakan bahwa kegerakan yang terjadi di sana adalah akibat dari hadirat Allah yang melimpah ruah. Kehadiran-Nya bisa dirasakan di mana-mana.

Sehingga orang berdosa tidak mampu menghindar dari hadirat Allah.

Sebagai contoh, ini kesaksian seorang pemuda yang menceritakan bagaimana dia bertobat. Ketika dia sedang berdiam diri, tiba-tiba saja roh pertobatan itu turun keatasnya yang menyebabkan dia bergetar.

Mencoba untuk meredakan getaran itu, dia pergi ke Stornoway dan masuk ke kafé, namun disana dia hanya menjumpai orang sedang membicarakan keselamatan mereka.

Dia menggerutu, “Ini bukan tempat bagiku, aku akan pergi ke tempat dansa.”

Sesampainya di sana, memang dia menjumpai orang-orang sedang berdansa, namun baru beberapa menit ada seorang wanita muda yang memanggil dia dari lantai dansa, katanya, “Oh, apa yang terjadi pada kita dalam kekekalan nanti, kalau Allah mencabut nyawa kita sekarang ini?”

Sore hari itu pemuda tadi menyerahkan hidupnya bagi Kristus.

Dia tidak dapat menghindarkan hadirat-Nya.

Nenek Peggy dan adiknya menikmati hubungan yang kudus dan indah bersama Allah, Andrew Woolsey menceritakan “Ketika kegerakan sedang memuncak, Peggy meminta Duncan agar dia pergi ke sebuah desa yang terpencil untuk mengadakan kebaktian di sana.

Masyarakat disana dikenal agak tertutup, Duncan menjelaskan hal ini kepada Peggy dan meminta nasehatnya, “Saya merasa Allah tidak memimpin saya untuk pergi ke sana.”

Peggy memandang kepadanya dan berkata.

Tatapan matanya yang buta itu seperti menembus jiwa Duncan, “Pak Campbell, kalau anda hidup dekat dengan Allah, sebagaimana yang seharusnya, Dia akan menyatakan rahasia-Nya kepadamu juga.

Duncan dengan rendah hati menerima teguran itu dan meminta Peggy agar pagi itu meluangkan waktu berdoa bersamanya.

Peggy berdoa, “Tuhan, Engkau ingat, apa yang Engkau katakan pagi ini, bahwa di pagi ini Engkau akan membangkitkan tujuh orang yang akan menjadi sokoguru di gereja.

Tuhan, saya telah menyampaikan pesan-Mu itu kepada Bapak Campbell dan kelihatannya dia tidak siap untuk menerimanya, oh Tuhan, berilah dia hikmat, karena dia sungguh sangat membutuhkannya!”

Kemudian Duncan pergi.

Dia tiba di sana pada pukul 7 malam dan mendapati sebuah rumah besar yang dipenuhi orang, bahkan melimpah hingga keluar.

Ketika dia selesai menyampaikan Firman Tuhan, seorang pendeta menggandengnya ke pojok rumah, dan berkata bahwa ada sejumlah orang yang berdoa bagi kegerakan di tempat itu, dan itulah TUJUH orang yang di maksudkan Peggy!”

Di dalam gubuknya, Peggy dan adiknya membawa setiap rumah tangga ke hadapan Allah, dan mereka sedemikian akrab dan mengenal pekerjaan Roh sehingga mereka tahu dengan tepat di mana jiwa-jiwa yang sedang merindukan Allah bisa ditemui.

Pekerjaan Allah ini melanda seluruh Hebrides dan pada tahun 1952 surat kabar Stornoway Gazette melaporkan bahwa ada lebih banyak orang yang hadir di persekutuan-persekutuan doa saat itu, lebih dari pada kehadiran orang di gereja pada hari minggu, sebelum kegerakan terjadi!

Sebelum kegerakan, Stornoway adalah salah satu wilayah dengan jumlah peminum (minum-minuman keras) terbanyak di Skotlandia.

Ada banyak terdapat tempat-tempat minum yang tidak resmi.

Setelah kegerakan itu terjadi, salah seorang penduduk mengatakan, “Usaha perdagangan minuman keras di kepulauan ini telah runtuh.”

Mungkin mujizat terbesar adalah yang terjadi di desa Arnol, kata Duncan Campbell, “Disinilah tantangan terhadap kegerakan itu terjadi, namun doa, senjata perkasa suatu kegerakan memporakporandakannya dan pada suatu sore hari kami menunggu di hadapan Allah sebelum tengah malam, Allah “turun”, bukit-bukit seperti rebah dalam hadirat-Nya, dan gelombang kegerakan menyapu desa itu.

Setiap penentang dan kematian rohani lari dari hadapan Tuhan yang hidup.

Ini adalah demonstrasi kuasa dari doa yang tak berkeputusan, dan tidak ada yang tidak tergoncangkan kecuali dia yang ada dalam kehendak Allah.

Saat ini masih ada banyak orang yang dapat memberikan kesaksian atas apa yang Allah kerjakan di Arnol, SEMENTARA SEORANG SAUDARA BERDOA MAKA RUMAH TANGGANYA DIGONCANGKAN!

Saya hanya dapat berdiam dalam keteduhan menyaksikan gelombang demi gelombang kuasa ilahi menyapu rumah demi rumah.

Dan beberapa menit kemudian, masih dalam gelombang lawatan utusan surgawi, pria dan wanita mulai merasakan tekanan ilahi dalam jiwa mereka.

Duncan Campbell adalah seorang Skotlandia yaang cerdas, hamba Allah dengan integritas yang tinggi dan tidak senang melebih-lebihkan sesuatu hal.

Penulis ingat, bagaimana bersama-sama dengan dia dalam suatu persekutuan doa di kantor utama Faith Mission di Edinburgh, yaitu pelayanan misi yang dipimpinnya.

Ruangan dipenuhi dengan orang-orang yang memiliki rohani tinggi dan penulis sangat terkesan dengan ketenangannya, kelembutannya dan wibawa rohani dalam perkataannya.

Sungguhlah bahwa dia adalah seorang yang terpilih dan dikhususkan Allah untuk ambil bagian secara khusus dalam kegerakan di Hebrides.

Sekalipun puncak dari kegerakan itu terjadi antara 1949 hingga 1952, berkat itu mengalir selama bertahun-tahun.

Bahkan pada tahun 1957, Allah kembali menyatakan kuasanya.

Kali ini adalah ‘upah’ bagi Duncan Campbell, yaitu apa yang terjadi di kepulauan North Vist.

Adalah fakta bahwa Vist belum dijamah oleh kegerakan.

Namun para pendeta lokal menyatakan bahwa kegerakan awal yang terjadi di Vist sebenarnya bahkan lebih besar dari yang di Lewis.

Kembali Roh Allah bekerja yang diakibatkan oleh doa dan penyampaian Firman Tuhan yang dilakukan dengan setia.

Di sana, sebagai alat utama kegerakan di Vist, Allah memilih empat orang saudari yang bergabung dalam Faith Mission.

Orang-orang memadati setiap kebaktian dan malam demi malam orang-orang berseru meminta keselamatan.

Beberapa waktu setelah kunjungan di Barvas, James Mackay menulis di suratkabar Kristen ‘Life and Work’ dikatakan ‘Ada lebih dari seratus orang yang hatinya dijamah oleh Allah pada awal kegerakan dalam wilayah ini.

Allah menjagai mereka semua; dan tidak adu satu orargpun dari mereka yang menjadi menjadi ‘undur’.

Banyak anak muda pada masa kegerakan itu yang mendengar panggilan Allah dan masuk ke dalam berbagai pelayanan, ada pula yang terpanggil untuk melayani di ladang misi.

Untuk beberapa waktu, ujar Edwin Orr, harapan timbul pada masyarakat Inggris, dengan pecahnya kegerakan di Hebrides Skotlandia di bawah pelayanan, Duncan Campbell, suatu kegerakan yang ditandai dengan pengIihatan-penglihatan, rebah tak sadarkan diri (trance) dan pertobatan-pertobatan yang mencengangkan; namun ternyata kegerakan itu tidak merambat ke orang Skotlandia yang berbahasa Inggris.

Suatu kali Duncan Campbell menulis, “Mereka yang mencari Allah untuk suatu kegerakan rohani haruslah siap untuk melakukan kehendak Allah dalam cara-Nya dan tidak harus sesuai dengan program yang mereka telah susun.

Namun kedaulatan-Nya tidaklah menjadikan manusia menjadi lepas tanggung jawab atau bebas tugas; AIlah adalah Allah kegerakan itu, namun manusia adalah alat yang digunakan Allah untuk mewujudkan kegerakan.

Tetapi … memiliki keyakinan yang teguh bahwa penantian kita, kerinduan kita itu akan terwujud … itu adalah perkara yang lain.

Kalau demikian, benarkah kita mengharapkan suatu kegerakan?

Kalau ya, apa yang dapat mulai kita lakukan?

Dikutip dari Great Revivals Oleh Colin Whittaker.

Disadur oleh : Pramadya W.